Monday, February 10, 2020

My Loneliness


Halo, sepertinya sudah sangat lama ya aku tidak menulismu.

Maafkan aku karena kali ini aku tidak tahan untuk menuliskan kenegatifanku. Aku sendiri tidak sanggup untuk terus bertahan positif.

Singkat saja karena aku membuat tulisan ini saat menjelang tidur di hari Minggu malam, yang mana besok adalah hari kerja.

Hari ini aku sangat uring-uringan. Aku mau semua yang aku inginkan benar-benar berjalan baik hari ini. Tapi rasanya tidak semuanya berjalan baik lalu aku pun menjadi uring-uringan. Terkadang aku merasa diriku masih sangat kekanak-kanakan karena terlalu banyak maunya dan sangat ingin diperhatikan.

Jika aku membandingkan diriku dengan orang-orang sekitarku, rasanya mereka tidak terlalu cerewet, tidak terlalu bergantung dengan orang lain, tidak terlalu ekspresif atau mengungkapkan segala perasaannya. Tapi hal ini tidak berlaku bagiku. Kadang aku berpikir mungkin aku terlalu sendiri sehingga aku membutuhkan perhatian dari orang lain.

Ya, satu hal yang hingga kini menjadi masalah bagiku, yaitu kesendirianku.

Maksudnya bukan sendiri karena jomblo, memang saat ini aku sudah mempunyai pacar yang sangat kusayangi, kami telah bersama selama lima tahun lebih. Namun yang kurasakan saat ini adalah aku seperti terlalu bergantung pada dirinya. Baiklah, Ibuku sudah tiada, aku tidak bisa lagi bergantung pada dirinya. Oh betapa aku mencintainya, dia begitu memperhatikanku, memberiku makan enak, memperhatikan segala kebutuhanku. Sekarang dia telah tiada, tersisa ayah dan kakak perempuanku. Oh yang benar saja. Dengan ayah, ia seperti cuek, makanan sangat tidak bervariasi, benar-benar berbeda. Saat aku sakit dahulu ibuku mengurusiku dengan sangat baik. Kini saat aku sakit, ayah bahkan tidak tahu. Jika tahu pun tidak dapat mengurusiku dengan sangat baik.

Bagaimana dengan kakak perempuanku? Tidak usah ditanyakan. Seperti biasa dia asik dengan dunianya sendiri. Dia sepertinya sudah bahagia dengan teman-temannya yang dia sering sebut sebagai ‘keluarga’ nya. Aku merasa dia seperti sudah melupakanku. Meskipun satu kota yaitu Jakarta, bertemu sangatlah jarang, terakhir kami bertemu adalah enam bulan yang lalu. Aku merasa seperti tidak memiliki kakak perempuan. Tidak banyak hal yang dapat kami bicarakan via chat whatsapp seperti banyak hubungan orang lain. Bahkan jika aku ingin menitipkan suatu hal, dia jarang ingin membelikan. Dia selalu sibuk keluar kota. Bahkan retret yang kusarankan agar dia ikuti, sampai sekarang tidak pernah dia ikuti. Padahal aku merasa itu penting karena aku ingin membantu dia sembuh dari lukanya terhadap sang ayah.

Kembali ke diriku, yah aku yang egois, haus akan perhatian, dan cinta kasih. Bagaimana tidak kesepian, aku tidak mengerti apa itu arti keluarga! Keluargaku seperti ini. Aku ingin diperhatikan. Tapi mereka seolah tiada. Saat yang lain sibuk dengan keluarganya masing-masing, aku harus sibuk dengan siapa? Jika aku mencari teman-temanku, mereka juga sibuk dengan keluarganya masing-masing. Tidak ada yang seperti aku karena mereka memiliki keluarga yang hangat dan saling memperhatikan satu sama lain.

Baiklah sekian untuk tulisan kali ini karena sekarang sudah pukul 00.06. Aku harus tidur. Terima kasih telah membaca. Dengan segala keegoisan dan kehausan cinta kasih ku, ku harap para pembaca mampu memahami perasaanku dari tulisan ini. Sekali lagi terima kasih.