Saturday, December 27, 2014

Love Is About Letting Go

When you love someone, you tend to have him/her by your side to spend time together and keep caring each other. Having a joyful moment with people you love becomes an important thing. You do not want to lose them at all.

There is a saying, "Love is about letting go." I did not believe it. How can you love someone when you do not have them around you? It seems like that nature tries to teach me about that. I passed through hard times to understand and to feel the meaning of that saying.

When I was not letting go, I watched Mom cried in pain. She suffered a lot and that made me sad. I wanted it to stop so Mom would not suffer at all. Begging God for miracles was no longer possible. Then I changed my prayer. I told God to end her suffer. But that means I had to let her go because there was nothing left to do to heal her. It took time. Quite a long time till I told God that I let her go. No longer than that, she passed away. Hearing that gave me pain. I cried for losing her. But I was also relieved cause God heared me, she left the pain and she would not suffer anymore. It has finished. She is happy now. I finally let her go because I love her, I want her to be happy up there.

Another kind of letting go is when I saw my Dad feels happy and complete. He has worked too hard and he needs someone to take care of him. It was sad to see him live in a loneliness. He found someone but it was hard for me to see that she would replace Mom. Later I realized that Dad seemed to be so happy being with her. I was also happy seeing that. There would be someone to take care of him, to cook, and to give him love there. It was so nice to see him happy like that because I love him. So I let him go with her.

Now, what have you learned about letting go? Have you ever let go someone you love? It sure will cost pain but the pain will go as you see the one you love feels happy.

If you truly love someone, you will do anything just to see them happy, even letting go.

Sunday, November 23, 2014

Always Love Somebody as There is No Tomorrow


Terakhir kali aku bergalau saat Mendiang Mamiku berulangtahun tepat 6 bulan setelah kepergiannya. Kali ini aku kembali bergalau setelah kehilangan dirimu. Hmm, mungkin salah, lebih tepat bila kukatakan setelah aku memutuskan untuk melepaskan dirimu.

Ya, dirimu yang telah menemaniku sekitar 2 tahun lebih, terhitung dari kita mulai dekat. Kamu telah menemaniku melalui beragam peristiwa dalam hidupku. Senang dan sedih kubagi bersama dirimu. Kamu yang paling mengenal diriku selama beberapa tahun terakhir ini. Tidak Papi, tidak juga Cece, tidak juga teman-teman baikku. Mereka semua jauh, sibuk dengan urusannya masing-masing. Yang dikata orang akhir minggu adalah hari keluarga, bagiku akhir minggu adalah hari sendiri. Kamu terkadang bepergian bersama keluargamu, memiliki acara sendiri. Tapi sempat beberapa kali kamu mengajakku bergabung. Aku senang, aku merasakan hangatnya keluarga bersama dengan orang-orang tercintamu. Mereka menerima diriku dan mereka membuatku nyaman dan bahagia. Terima kasih kamu telah memberikan hal tersebut kepadaku.

Kamu juga menemaniku saat aku terjatuh sangat dalam, saat aku mengetahui bahwa Mami tidak memiliki harapan lagi. Kamu sudah terlalu sering melihat diriku menangis. Kamu mendengarkan setiap ceritaku tentang perkembangan Mami. Kamu sering menjenguk Mami, menemaniku di rumah sakit, menemaniku mengurus segala hal yang kamu mungkin tidak mengerti. Terima kasih atas segala waktu dan kehadiran yang telah kau berikan padaku.

Semua hal yang kau berikan padaku waktu itu begitu berarti dan aku tahu betapa sayangnya dirimu padaku. Tepat 4 hari sebelum Mami pergi, kondisi Mami sudah tidak jelas, tidak pasti. Namun, hari itu hari yang penting. Sepulang kuliah aku segera membeli cake dan lilin lalu kubawa ke kampusmu. Kejutan yang mungkin kecil, tapi bagiku itu penting, karena kamu orang yang kusayang, yang kutahu paling dekat dan menyayangiku saat itu.

Tiba hari itu. Satu-satunya orang yang telah hidup bersama-sama denganku selama hampir 19 tahun akhirnya meninggalkan diriku. Semua orang sibuk. Papi ditemani saudara-saudaranya. Cece ditemani sahabat-sahabatnya. Teman-temanku di kampus ternyata juga banyak yang datang, begitu pula teman-teman lamaku sewaktu sekolah. Aku senang, mereka jauh-jauh datang menghiburku dan memberi penghormatan terakhir pada orang yang telah melahirkan dan membesarkanku di dunia ini.

Kamu juga datang saat itu. Hari kedua kamu datang, aku begitu lega saat kamu datang. Kamu telah mengenal dekat Mami. Kamu datang bersama sahabat-sahabatku saat SMA. Hari ketiga, adalah hari yang penting, penutupan peti dan penghormatan terakhir sebelum dikremasi. Ini peristiwa yang paling berat di antara 3 hari rangkaian upacara. Teman-temanku yang masih berusia 19 tahun itu, sudah datang kemarin, jadi mereka tidak datang lagi hari ini-yang mana adalah hari Minggu, hari keluarga-. Aku butuh seseorang. Kucari dirimu. Kamu bilang kamu akan datang. Tapi kamu belum muncul. Di pertengahan upacara akhirnya kamu datang bersama kedua orangtuamu. Setelah upacara selesai akhirnya aku bisa bertemu dirimu lagi. Aku menangis sangat sesenggukan hari itu, hari yang begitu berat. Mamamu memeluk diriku. Aku masih terus menangis. Aku ingin memeluk dirimu. Mengapa kau tak kunjung memeluk diriku? Kamu hanya memandangku dalam jarak kira-kira 2 meter.

Acara berlanjut ke kremasi peti, saat rupa Mami tidak lagi ada. Cece menangis parah saat itu, tapi aku diam.

Usai kremasi, Cece ditenangkan oleh teman-temannya. Aku mencari dirimu. Tapi..kamu tidak dapat kutemukan..ku lihat handphone, kamu harus segera pulang karena depresi Mama kambuh. Aku mengerti.. Tapi satu hal yang paling kusesali darimu adalah mengapa kamu tidak memelukku saat aku begitu terpukul. Sampai saat ini itu adalah kesalahan terbesar dirimu yang entah kenapa tidak dapat kulupakan. Tentu bukan tipikal diriku untuk mengingat kesalahan orang. Aku duduk saja sendiri di seberang ruang, termenung, berharap dirimu di sampingku menemaniku melewati waktu yang rasanya begitu lambat.

Waktu berlalu. Untuk pertama kalinya usiaku genap bertambah tanpa disaksikan Mami. Sedih. Tahun lalu begitu meriah, ada Mami, Cece, dan kamu. Kita makan bersama di suatu restoran Italia yang unik. Tahun ini hanya aku dan Cece. Aku tidak tahu di mana dirimu. Tidak ada kejutan darimu seperti tahun lalu. Bungkusan kertas kado pun tidak aku dapat darimu kali ini. Hadiah terakhir darimu genap setahun yang lalu. Kado natalku pun tidak kau balas, meski aku sangat antusias menunggunya darimu.

Kondisi keuangan keluargaku memburuk. Semua terkuras pada pengobatan Mami kemarin. Aku tidak lagi mendapat uang jajan. Cece mengharuskan diriku mencari penghasilan sendiri. Aku pun berjuang, tabunganku yang telah lama kukumpulkan kian menipis, sampai akhirnya aku mendapatkan pekerjaan. Aku menjadi pelit waktu dan tenaga. Aku masih ingin mengembangkan diriku sebelum aku sibuk dengan pekerjaan. Aku juga ingin meningkatkan nilai akademik setelah kemarin turun drastis karena peristiwa Mami. Waktu dan tenaga menjadi sangat tipis dan aku kesulitan membaginya dengan dirimu. Ya, dengan dirimu di sana. Seringkali kita hanya dapat bertemu bila aku mampir ke rumahmu-yang letaknya jauh dari daerahku. Mungkin kita bisa bertemu lebih sering bila kamu yang mampir ke daerahku.

Tidak lama kemudian aku mulai merasa lelah. Aku lelah karena aku berjuang terlalu banyak. Aku lelah kita hanya sering bertemu di rumahmu. Aku lelah karena di tengah kesempatanku mengembangkan diri dan mencari uang, tidak ada yang memperhatikan diriku. Aku teringat kesalahan terbesarmu tidak memeluk diriku dan tidak hadir saat aku membutuhkanmu. Aku kecewa saat momen penting bagiku tidak kau hargai. Aku mulai mencari kekurangan hubungan kita yang selama ini tidak terlihat olehku. Aku merasa kita tidak berkembang bersama dan datar. Aku merasa kamu kurang menghargai diriku.

Aku tidak tahu apakah memang kamu yang berubah atau memang sifat alamiah dirimu yang demikian. Yang pasti, semua ini terbatas oleh kondisi, waktu dan tempat. Waktu yang kumiliki kini tidak lagi banyak, mungkin juga dirimu. Tempat di antara kita juga tidak dekat lagi seperti dulu. Kondisiku pun kini sedang sulit dan aku masih lebih mencintai diriku sendiri, aku ingin berkembang dan mengolah segala hal yang ada pada diriku. Hatiku padamu pun berkurang perlahan.

Aku jujur padamu, kuceritakan semua itu. Kukatakan hubungan kita cukup saja tapi saat itu kamu tidak mau. Kamu bilang kamu masih menyayangiku dan memang seperti itulah caramu menyayangiku, hanya saja aku tidak mampu melihat dan menyadarinya, seperti aku belum mengenal dirimu, dan cara cuekmu dalam menyayangiku. Mungkin dulu caramu tidak masalah bagiku, tapi dengan segala situasi yang berbeda, caramu kini tidak lagi sesuai dengan diriku.

Kemarin kamu datang. Kamu memberi kejutan seusai aku kuliah. Kamu meminta bantuan beberapa temanku di kampus. Aku sangat terkejut. Kamu memberikan video buatanmu. Kamu muncul tiba-tiba, memeluk diriku dari belakang dan memberikan aku mawar merah segar. Aku tidak dapat berkata-kata. Aku tidak tahu harus senang atau kecewa. Video dan mawar merah darimu memang pernah kuharapkan darimu. Tapi baru kudapatkan saat aku sudah berhenti berharap. Kejutan dan segala jerih payahmu pernah kuharapkan dulu. Tapi baru kudapatkan saat hatiku padamu sudah tidak sepenuh dulu. Bagiku semuanya terlambat. Aku tahu butuh usaha keras darimu membuat video itu, dan hal-hal lainnya, sampai padaku kemarin. Sayang itu semua tidak dapat mengembalikan hatiku padamu seperti sedia kala. Aku hanya dapat berterimakasih atas usaha yang telah kaulakukan. Menurutku kamu sukses membuatku terkejut.

Ternyata kamu juga datang untuk memastikan kelanjutan hubungan kita. Aku berpikir lama, penuh bimbang dan pertimbangan yang banyak dan tak kunjung usai. Kamu terus mengungkit kenangan berarti yang telah kita lalui bersama. Namun hati sudah berkata lain, dengan beratpun aku memilih untuk menyudahi hubungan kita. Aku sedih, kamu sedih. Aku menangis banyak hingga kurasa kepala dan leherku sakit. Aku memang masih ada hati terhadap kamu, tapi tidak lagi sepenuh dulu. Bila hubungan dilanjutkan tentu akan serasa dipaksa, ini akan lebih menyakitkan. Jadi kita mengakhiri ini semua dengan masih memiliki rasa satu sama lain, ini juga menyakitkan.

Meskipun begitu, aku cukup yakin dengan keputusanku ini karena beberapa teman dan orang dekatku mendukung keputusanku. Katanya, aku berhak bahagia, aku sebaiknya membahagiakan diriku sendiri baru bisa membahagiakan orang lain.
Kamu, sadar tidak, sebelumnya aku pernah menulis hal tentang hubungan kita. Aku menulis pada tanggal 2 Januari 2014 di sini.

Begitulah hubungan kita berakhir. Semoga kamu mendapatkan yang lebih baik dari diriku, sayangilah dia dengan sepenuh hatimu, setotal mungkin, seakan tidak ada hari esok.

_Always love somebody as there’s no tomorrow.

Wednesday, September 24, 2014

# Happy Birthday, to you, up there

Since I can't give you any gift, so I send a prayer for you and post this photo which I've just edited for you today.

Sunday, September 14, 2014

No More Gift to be Given



Since my Mom has gone, I hate loneliness so much, especially when I’m having my PMS (Pra Menstrual Syndrome). I used to have a physical PMS, not the emotional one. It’s such a fluctuation of hormones in my body, but you should believe me, this one hurts so much. I can just cry by a simple sad thing or by remembering my Mom. I write the blue feelings here.


I still feel close to Mom, it feels like yesterday. Time flies, it’s almost 6 months. It means that it is also almost her birthday. I remember last year in these days I was thinking what gift to give to Mom. I was so happy just to buy nice things for Mom. I couldn’t wait till the day come. I had prepared everything well, I wrapped her gift sweetly with a letter inside it. I decided to buy mom a new lipstick because she was always proud with one of her expensive lipstick that had been bought about 10 years ago. She was funny, she was proud for simple unnecessary thing. That makes Mom sometimes funny to me.


This month, I look at the calendar and see her name on the box of 24. I feel sad. So do my sister. There are no more gifts to be thought about, to be brought, to be wrapped, and to be given. No more moment to be waited, such as to see her surprised, laugh, pretending not knowing, and other unexpected things.
...

So, I cry, cry so hard.




Ps. you may think that I am too melancholic or weak. It’s okay.

We had lived together for about 19 years, the last 10 years we spent just for both of us in a roof. How can I not feel losing her?
 

Friday, September 12, 2014

# VJ 'sign: Graphic Designer

You need a nice logo but you don't have much money to pay a graphic designer for it. You also need another graphic design for your online shop, event, job, T-shirt, Facebook cover, and others, but you find out that graphic designers always set a high price nowadays.

Don't worry, I think I can help you. I know a great graphic designer who has a good taste and a reasonable price.

It is VJ 'sign.

You can visit the Facebook in https://www.facebook.com/vj.sign 

or contact via BBM 75cfed2b (input the personal message).

VJ 'sign always gives the best services and the most creative design.

TESTIMONY

"You have a great taste of design, why don't you try to earn money and help yourself by opening design order? I bet you'll have a lot of customer." -VO

"This is cool! I hope you want to become a graphic designer for my business." -FelN
"Every nice design always comes from the heart." -unknown

Friday, September 5, 2014

Don't you ever regret,

I find this in my old files, it was written about two years ago, when I was not understand so much things.

28.08.12
I wanna tell you…
There is a girl. She is always cheerful. You can see her smile everyday and you do not need to pay for that. She is the smiling girl. At the first time, you might think that she is a taciturn girl. But when you step closer, knowing her more, actually she is a friendly girl. She likes joking and laughs a lot. There is no any day without her laugh.

Who knows if a girl like her is having a lot of problems in her life?

She has no wonderful family. She is a broken home child. Her family almost broke. Her father no longer loves her and her mother acts like the Queen. Only her sister who left and loves her so much. Despite, she loves her father and mother so much and prays for them every night. She also does that to her sister.

She is lovable. She cares. She loves children and does a lot of social activity. She helps children who are inadequate of education and love. She always thinks that she has almost the same fate as them. But she does not want that happen continuously. She shares her thoughts and love to them. By doing so, she gets more values of life and also love too.

She is optimistic. Her motto of life is “everything is possible”. She believes that dreams can come true. She has ever experienced it. She is hardworking and having a bunch of dreams.

~*~



Some things that I wrote are true till now and some things are so different now.
She is still the smiling girl. Yes, she likes joking so much. She still cares to everyone around her.
But she has no abandoning father and bossy mother anymore.
I am 19 and now I understand that people must try to see the other perspective to understand a problem. I tried it and I figured out that Daddy is actually loving me but he has a different way to express it. I figured out that Mommy loves me too much that she always wants the best for me so she dictates me everything which looks best from her sight.

If you have the same thought as I thought about two years ago, you should believe me now that our parents always love their children. They might be just have not found the right way to deliver their love to you. You should respect them. They just try so hard to make you have the best food, the best education, the best future, and others. It they ask you to hear them or to do a favour, just do it. They have just done a hard day and ask a help to you. If they ask your time just give some for them. Don't you ever regret on the other day, when someday they must leave you, then you won't get the chance to do a favour for them anymore. You won't get the chance to spend time together with them anymore.
Do the best for them while you can do. Do the best as they try to give the best for you.
Seeing their smile is a wonderful gift. Trust me.