Thursday, January 16, 2014

Teh dan Keju di Siang Hari

This is a latepost. It happened on the independence day last year. I was lazy to go back to home too early after having a short ceremony at university.

Teh dan Keju di Siang Hari

"Kak, dua hari yang lalu aku ketemuan sama dia, Kak! Hehe.. Kan aku pulang naik kereta tuh, terus turun di stasiun dekat rumahnya. Haha seneng bgt deh. Pulangnya naik kereta lagi sambung ke rumah."

Kakak ikut gembira mendengarnya, sambil bertanya satu atau dua hal menanggapi ceritaku. Sejenak kami diam menikmati teh dan roti keju ala restoran Italia terkenal yang kami kunjungi. Tak lama kakak melontarkan suatu pertanyaan yg masih bertengger dengan baik di pikiranku,

"Dari satu sampai sepuluh, kalau kamu nilai, brapa nilai kamu sayang sama dia?"
"Sepuluh."
Jawabanku terlontar begitu saja bahkan tanpa perlu proses, tanpa memberikan jeda antara pertanyaan dan jawaban.

"Kamu sayang banget ya sama dia..baik banget ya dia?"
"Iya hehe"
"Setia gak?"
"Hmm sepertinya..hehe"

Aku tak mengerti mengapa rasanya mataku mulai tergenang membicarakan tentang betapa sayangnya aku terhadap dia kepada kakak. Yah yang perlu kuingat adalah aku sangat menyayanginya, mencintainya sepenuh hatiku. Semoga harapanku benar adanya seperti jawaban terakhir yang aku berikan pada kakak.

By the way, it has been more than a year for us. A year is not a short time. Spending this -not a short time- with him is a thing that I will never ever regret.
He may be not a romantic person, although I hope so. He may be a bit flat, but I am not. (And he usually protests about my unusual idea for our days. But, Man, believe it, you'll like my idea after doing it.)
I don't know, overall I just love him, love to spend time together with him.
Oh ya, I also love his family. I feel so comfortable being there. It's such a lovable family. Peace, funny, and fun. Finally I can feel the real family there. It is a thing that I have never had in my home.

For another year ahead, I hope we can have a better relationship, less miscommunication, more care and understanding for both of us. :)

Thursday, January 2, 2014

Can you touch my heart, again?

   Pernahkah kau merasa kosong?
   Suatu saat di mana kau sangat membutuhkan kehadiran seseorang di sampingmu hanya untuk memastikan bahwa perasaannya masih sama seperti dulu, masih menyayangi, memastikan bahwa perasaanmu baik-baik saja. Menghibur dirimu dengan kalimat-kalimat penenang seperti yang dulu sering dilakukan. Mengatakan bahwa kau adalah pilihan yang tepat.
Setiap saat tidak selalu hanya untuk bercanda, tertawa gembira. Hati juga perlu disentuh, didamaikan, dicairkan. Jangan pikir itu manja atau cengeng. Percayalah, itu penting. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki perasaan, memiliki hati, yang sangat rapuh. Perlu diteguhkan berkali-kali. Dipoles, dipelitur, dijaga dengan baik, penuh kasih sayang. Wajah mungkin saja tersenyum, tapi hati tahu persis kekosongan yang sedang terjadi.
Tahu apa yang terjadi saat hati terasa kosong? Kau akan menangis. Berlebihan mungkin. Tapi memang itu kenyataannya kalau mencoba bertahan dalam suatu keadaan yang tidak jelas, tanpa kepastian. Kau hanya bisa bertanya-tanya, apakah orang itu masih menyayangi, peduli, dan mengingatmu. Apakah orang itu hanya mementingkan yang tampak pada mata saja, tanpa melibatkan perasaan? Lelaki mungkin identik dengan mata, perempuan identik dengan perasaan. Berbeda, tapi inilah titik saling melengkapinya.
Menurut kebutuhan psikologi, pada umumnya perempuan selalu membututhkan perasaan aman, nyaman, dicintai, diperhatikan, dan dihibur. Perempuan dilahirkan seperti demikian, apalagi bagi seorang yang besar tanpa kasih sayang dari ayahnya.
Timbal balik. Segalanya harus dua arah. Komunikasi yang baik. Saling melengkapi. Membalas kasih sayang.
Aku tidak tahu apa saja yang kau butuhkan. Kasih sayang sudah diberikan secara total. Perhatian, waktu, dan ingatan juga sudah dibagikan dan secara fisik pun aku ada di sampingmu. Tapi apakah itu semua berarti untukmu? Aku tak pernah melihat rasa syukur darimu akan semua itu. Aku jarang melihat balasan rasa sayangmu untukku. Bahkan seringkali kau lupa atau merasa terbebani saat aku meminta hal-hal sederhana, yang bukan untuk kebaikanku, tapi untuk kebaikan bersama. Apakah sulit? Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? Apakah aku berarti untukmu?
Tengok sekitarmu, mereka bergandengan tangan dengan bahagia.
Apakah kau demikian?
Mungkin kau merasa risih karena aku seringkali mempertanyakan perasaanmu terhadapku. Tapi sewajarnya, kata-kata sayang akan terlontar dengan sendirinya bila seseorang sungguh menyayangi kekasihnya. Tanpa perlu diminta, tanpa perlu ditanya.
Untuk apa malu? Kekasihmu adalah orang yang kau pilih untuk jalan berdampingan denganmu, menemanimu. Kalau kau malu untuk sekedar gandeng atau mengucapkan cinta, berarti kau malu akan pilihanmu sendiri. Jangan menyesal di kemudian hari bila orang itu telah pergi. Kebanyakan orang menyesal karena terlambat mengucapkan atau menunjukkan kasih sayangnya kepada orang yang dicintainya.
Coba pikir baik-baik.
Apa yang belum kau berikan?
Jangan pernah berpikir tentang apa yang kau dapatkan atau yang orang lain berikan untukmu sebab seseorang akan mendapatkan bila ia mau memberi.
Semoga kau mengerti dan menanggapi maksudku.

.
Dear.. I'm still loving you.
Can you touch my heart, again?