Kenyataan sulit dipercaya saat penderitaan selalu datang
bertubi-tubi. Kapan mentari benar-benar bersinar untukku?
Apa yang harus kulakukan ketika tahu waktu yang dimilikinya
tinggal sebentar lagi?
Apakah memang benar tidak ada jalan lain yang dapat
dilakukan?
Mengapa ini harus terjadi kepadanya? Ia sudah terlalu banyak
menderita dan belum banyak kebahagiaan yang dikecapnya. Aku sendiri masih
terlalu muda, aku belum sempat membuatnya bangga tapi mengapa ini terjadi
kepadanya? Mengapa hidupnya terus menderita dari awal hingga akhir? Apakah
tidak ada lagi kesempatan untuk bahagia, meskipun sekali saja?
Terlalu banyak pertanyaan, untuk saat ini, semua menguap percuma.
Ia tak seperti dulu lagi. Aku sudah lama tidak makan bekal
buatannya. Aku tidak ingat lagi kapan terakhir kami bepergian bersama. Aku
merindukan senyum dan tawanya, saat kita bercanda bersama. Aku tidak tahu
apakah janjinya mengajariku membuat kue dapat tercapai. Sekarang yang kulihat
hanya kesedihan di wajahnya, mendengarnya berkeluh setiap hari, kadang ia
melamun, tatapannya kosong, dan itu semua membuatku semakin menderita pula.
Beberapa hari ini, mataku terus saja basah. Aku merasa sesak
melewati saat-saat seperti ini. Rasanya waktu bergulir sangat lambat. Aku tidak
tahu apa yang sebaiknya aku lakukan. Sebentar lagi aku akan menghadapi ujian,
sementara untuk saat ini hanya aku yang bisa berada di sisinya.
Semua penuh ketidakpastian, ketidakjelasan, kebingungan.
Apakah aku bisa menolong diriku sendiri?